Waduh!! 1 Dari 5 Orang Di Jawa Barat Menderita Gangguan Kejiwaan


Data mengejutkan diungkapkan Dr Natalingrum dari Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Ia mengatakan, satu dari lima orang di Jawa Barat mengalami gangguan jiwa.
Data tersebut diungkapkan Natalingrum pada acara Pertemuan Peningkatan Peran Media Massa tentang Kesehatan Jiwa di Hotel Grand Seriti Hegarmanah, Kamis (13/10/2011). “Jawa Barat menjadi provinsi dengan penderita gangguan jiwa tertinggi di Indonesia. Bahkan, angka rata-ratanya mencapai 20 persen atau lebih tinggi dari rata-rata nasional,” ujarnya.


Angka rata-rata nasional sendiri hanya 11,6 persen. “Dengan data ini bisa dikatakan, ada sekitar 19 juta orang di Jawa Barat mengalami gangguan jiwa. Ini berarti 1 dari 5 orang di Jawa Barat mengalami gangguan kesehatan jiwa,” kata Natalingrum.

Namun, Natalingrum buru-buru menegaskan bahwa gangguan jiwa ini tidak bisa lantas diartikan sebagai gangguan jiwa berat atau gila. Sebab, depresi, stres, dan cemas juga termasuk kategori gangguan kesehatan jiwa. “Mereka yang mengalami gangguan jiwa ini berusia 17 tahun ke atas. Rata-rata mengalami depresi, cemas, dan stres karena berbagai hal. Yang mengalami gangguan jiwa berat tidak banyak,” ujarnya.
Natalingrum mengatakan, ada beragam faktor yang menjadi penyebab gangguan jiwa, antara lain faktor ekonomi, pekerjaan, sosial, hingga gangguan kesehatan jiwa yang dipicu karena penyalahgunaan narkoba. “Namun, ada juga yang dipicu faktor genetik. Tapi penyebab terakhir ini hanya bisa terjadi bila faktor gennya mengalami gangguan jiwa berat,” ujarnya.

Selain itu, gangguan jiwa juga bisa dipicu dari gangguan kesehatan fisik, seperti sakit yang tak kunjung sembuh hingga menjadi beban pikiran si penderita yang berujung pada gangguan kesehatan jiwa.
Ia juga mengatakan, gangguan jiwa memang tidak secara langsung menyebabkan kematian, namun bisa menjadi kronis hingga ada yang memilih mengakhiri hidup. “Mereka yang mengalami gangguan jiwa akan menjadi tidak produktif, menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat,” ujarnya.

Ironisnya, gangguan kesehatan jiwa banyak dialami oleh masyarakat ekonomi lemah. Dengan alasan tidak ada biaya untuk berobat, banyak masyarakat yang lalu memasung anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Untuk menekan angka gangguan kesehatan jiwa ini, kata Natalingrum, puskesmas di Indonesia kini harus siap untuk menangani kesehatan jiwa. Saat ini, dari 9.000-an puskesmas, baru 700 puskesmas sudah melayani pasien kesehatan jiwa.


Category Article

What's on Your Mind...